Keterangan
Jika James Joyce membutuhkan waktu 15 tahun untuk melakukan pembaruan dengan novelnya Finnegans Wake, Danarto membutuhkan waktu 60 hari untuk melakukan pembaruan dengan novelnya Asmaraloka. –Sapardi Djoko Damono, sastrawan, penyair
Danarto adalah pembaruan sastra Indonesia modern, yang secara paradoksal berakar dalam kebudayaan tradisional. Dia menjadikan berbagai hal luar biasa bertemu dan segala hal yang paling ganjil jadi mungkin — A. Teeuw, kritikus sastra
Gagasan-gagasan Danarto memiliki pertalian dengan gagasan para sufi, sebagaimana kebatinan Jawa menerima banyak pengaruh dari tasawuf. — Abdul Hadi W.M., sastrawan
Danarto merefleksikan imajinasi kreatif yang penuh pesona, yang mengaduk-aduk cerita dan gagasan dari berbagai sumber berbeda, sekaligus memfiksikan konsep-konsep metafisis yang muskil. Konsep-konsep metafisis yang biasanya diuraikan lewat narasi diskursif atau puisi, kini diturunkan ke dalam fiksi sebagai karya sastra Indonesia modern. — Jamal D. Rahman, redaktur Majalah sastra Horison
Perang fatamorgana dalam novel Asmaraloka ini adalah sebuah rekayasa perang antarsuku-agama-ras-antargolongan. Sehingga perang ini menjadi komoditas, persis pertandingan sepak bola. Setiap orang bisa ikut berperang atau sekadar menonton. Orang lalu piknik perang, menonton perang di garis depan. Tak ketinggalan siaran pandangan mata oleh para wartawan perang sehingga yang tewas tidak hanya yang di medan perang, juga penonton televisi di rumah karena serangan jantung. Dari gaya perang macam ini, yang sudah berlangsung puluhan tahun, jangan-jangan sudah seratus tahun, lahir peradaban baru.
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)