Keterangan
Hasrat saya memang kerap terbagi-bagi. Paling mudah terbaca di permukaan mungkin hasrat terhadap sastra karena sajak di fase awal, apa boleh buat, saya sudah terlanjur terpuruk di situ. Akan halnya seni rupa, pun kajian bdaya visual secara lebih luas, jejak-jejaknya mungkin hanya terekam di dalam sedikit buku saya tentang semiotika visual–selebihnya hanya teredam di ruang-ruang kelas sehingga luput dari publisitas. Bahkan, andai ditinjau jauh ke belakang, saya tidak lagi ingat sejak kapan persisnya mulai menulis tentang seni rupa.