Matinja Seorang Petani

Rp 10.000,00

Penulis: Agam Wispi, Amarsan Ismail Hamid, Benni Tjung, Chalik Hamid, F.L. Rissakota, Hr. Bandaharo, Klara Akustia, Ratini, Rumambi, Sobron Aidit, S Anantaguna, T Iskandar A.S.
Penerbit: Bagian Penerbitan Lembaga Kebudajaan Rakjat
Tahun: 1963
Tebal: 40 hlm
Produksi: Digital | PDF

Stok habis

SKU: BU22 Kategori: Label ,

Keterangan

Kumpulan puisi ini merespons matinya petani Boyolali: Latini, Djumeri, Sonomiredjo, dan Partodikromo. Dilarang Angkatan Darat tahun 1960-an. Salah satu memo Konferensi Nasional I Lekra di Medan, 25 Maret 1963, menuntut pencabutan pelarangan “Matinja Seorang Petani”.

depan kantor tuan bupati
tersungkur seorang petani
karena tanah
karena tanah
dalam kantor barisan tani
silapar marah
karena darah
karena darah
tanah dan darah
memutar sedjarah
dari sini njala api
dari sini damai abadi
(Agam Wispi, cuplikan dari puisi panjang “Matinja Seorang Petani”)

Konferensi Nasional I Lembaga Sastra Indonesia (Lestra/Lekra) berketetapan untuk memperkuat lebih landjut front nasional revolusioner dengan djalan menggalang front kebudajaan revolusioner. Konferensi Nasional dengan bulat menjokong pidato Presiden Sukarno didepan Kongres Baperki jang menandaskan bahwa soal nama, agama dan perkawinan adalah soal2 pribadi warganegara. Menuntut ditjabutnja larangan terhadap kumpulan sandjak ,,Matinja Seorang Petani” jang merupakan karja jang tegas2 mengabdi kepada Manipol.

Isi Matinja Seorang Petani

Agam Wispi
Matinja seorang petani
Latini

Amarsan Ismail Hamid
Pertjakapan
Seorang petani kepada anaknja

Benni Tjung
Pada sebidang tanah

Chalik Hamid
Hidup petani desa

F.L. Rissakota
Mengapa repolusi
Jang kami harapkan

Hr. Bandaharo
Dua kelahiran

Klara Akustia
Kertosentono
Ratini
Berita dari Simbar

Rumambi
Bagi selembar tanah
Ini Wates

Sobron Aidit
Badjak untuk petani

S Anantaguna
Ditanah tak pernah menjerah
Jang mempertahankan tanah

T Iskandar A.S.
Traktor mau

Additional Information

Weight 0,05 kg