Arsitektur Tongkonan, yang Sarat Makna (Editor_No.48/Thn. II/ 05 Agustus 1989)

Rp 3.000,00

Penulis: Ahmad Zihni Rifai
Media: Editor No.48
Tahun: 1989
Halaman: 67-68
Ukuran: 6.84 MB

Stok 25

Keterangan

Di saat kritik terhadap karya arsitektur modern di Indonesia terdengar gemeretak, nun di pelosok-pelosok desa, bangunan-bangunan tradisional dengan tenaganya memayungi para penghuninya. Tak ada perbincangan megnenai kegagalan desainnya. Tak pula tuduhan keberadaannya tidak sesuai lingkungan. Semua nampak seasri dan klop dengan alam sekitarnya.
Bangunan tradisional memang tidak termasuk dalam agenda seminar sehari Mencari Jalan Sukses Desain bangunan di Indonesia, di Hotel Hyatt Artaduta, Jakarta, Sabtu pekan lalu. Alasannya barangkali, karena arsitektur tradisional itu statis. Ia hanya mengakomodasi kebutuhan penghuninya yang rata-rata berbudaya homogen.
Tapi, tidak dapat dipungkiri, arsitektur tradisional, meski sederhana, kadangkala menawan. Coba tengok perkampungan Tana Toraja. Rumah-rumah panggung mereka mengesankan keserasian terhadap lingkungan. Atapnya (Longa) yang berbentuk pelana itu, misalnya, bagai antidote terhadap lengkung gunung dan lembah dalam di seputarnya. Itulah Tongkonan. Rumah tradisional masyarakat Tana Toraja yang keseluruhannya menggunakan bahan alam, kayu, bambu, ijuk, dan rotan.