Keterangan
Menteri Penerangan Harmoko ternyata piawai memainkan wayang kulit. Kepiawaian itu terlihat saat ia berperan aktif membawakan fragmen pakeliran berjudul “Wisanggeni Sang Pemberani” pada 15 Juli 1995 di Surakarta. Tidak seperti dalang biasanya, Harmoko memulai pakeliran dengan mengucap assalamu’alaikum dan diikuti pembacaan surat Al-Fatihah.
Baru sampai pelafalan ayat keenam, lidah dalang Harmoko keseleo. Usai membaca ayat keenam yang berbunyi “Ihdinasirathal mustaqiem”, mestinya disambung dengan “Shirathalladzina an’amta ‘alaihim” dan “Ghairil maghdlu bi ‘alaihim”. Namun, besar kemungkinan karena lupa atau terburu-buru, oleh Harmoko kedua penggalan itu tidak diucapkan dan langsung ditutup dengan “Waladh-dhalin“.
Celaka. Tentu saja, setelah itu lidah sang dalang Wisanggeni itu menjadi heboh.
CATATAN: Jika Anda sulit untuk masuk di warungarsip.co, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)