Keterangan
Ada satu hal, yang mungkin sebelumnya kita tidak menyangka. Ternyata, kaum peranakan Tionghoa di Indonesia, pada satu masa, pernah menghasilkan karya-karya sastra yang jumlahnya lebih besar dari yang diproduksi oleh pribumi. Dengan mutu yang bisa dibilang sama tinggi. Demikianlah Claudine Salmon, seorang peneliti Prancis mengemukakan, seraya menyebut 2.646 judul karya sastra Peranakan Tionghoa.
Tapi juga kenyataan, banyak fakta itu dilalaikan baik oleh kritisi asing maupun dalam negeri. Hanya karena, pada masa itu, para pengarang Peranakan memakai bahasa Melayu yang dianggap rendah, sedang para pujangga pribumi yang didukung Penerbit balai Pustaka dan sponsor kolonial Belanda menggunakan bahasa Melayu Tinggi. Padahala lagi, sebelum tahun 1920, sebenarnya bahasa Melayu Tinggi Rendah lebih luas dipergunakan oleh Masyarakat, terutama sebagai bahasa kerja.
CATATAN: Jika Anda sulit untuk masuk di warungarsip.co, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Whatsapp ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)