Keterangan
Jadi, kritik, dalam arti sebenarnya, baru mungkin muncul setelah terjadi analisis yang rinci, setelah terjadi penyaringan. Pendapat yang sekadar menyatakan rasa tidak senang terhadap sesuatu, atau ketidaksetujuan dengan sesuatu tanpa didasari analisis yang teliti tidak dapat disebut kritik.
Nah, haruskah dalam setiap dialog ada kritik? Lalu, bagaimana dengan mencela? Esai Mochtar Buchori menyoroti ketiga soal itu.
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)