Wawancara Putu Wijaya ~ Teater Mandiri: Kemerdekaan Bukan Kepongahan (GATRA_No. 07, 04 Januari 1997)

Rp 6.000,00

Penulis: –
Media: GATRA_No. 07
Tahun: 1997
Halaman: 98-99
Ukuran: 4. 1 MB

  • Versi Produksi: Digital/PDF
  • Lokasi Stok: Gudang Warsip

Stok 25

Keterangan

“Menulis adalah menggorok leher tanpa menyakiti,” kata Putu Wijaya. Kesenian diibaratkannya seperti baskom, penampung darah siapa saja atau apa pun yang “digorok”: situasi, problema, lingkungan, misteri, dan berbagai makna yang berserak. Ucapan seniman komplet (penulis naskah, sutradara teater, film, sinetron, novelis, dan cerpenis) pada buku Apa & Siapa 1985-1986 itu tampaknya hingga kini tetap merasuki pikiran lelaki 52 tahun yang gemar bertopi itu.

Karena itu Putu memilih lakon Gerr –yang sudah sering dipentaskannya– untuk memperingati hari ulang tahun Teater Mandiri ke-25 pada 14-15 Desember lalu di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Bagai meneror batin kita, Gerr memang bercerita tentang kebebasan individu seorang Bima yang “dibunuh” kehendak massa. Jika masih ingin hidup, Bima harus memakai baju orang lain, demi keselamatan idealismenya.

CATATAN: Jika Anda sulit untuk masuk di warungarsip.co, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Whatsapp ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)