Keterangan
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)
Inilah kisah tentang dunia penerbitan buku di Jogja, yaitu penerbit-penerbit kecil yang tumbuh sejak akhir masa kekuasaan Orde Baru. Mereka lahir dari kelompok-kelompok aktivitas mahasiswa dan pencinta buku yang ingin menerbitkan buku-buku yang penting bagi masyarakat Indonesia. Tema-tema “alternatif” pun mereka pilih. Mereka juga menjadikan kulit wajah buku sebagai ruang panjang karya rupa sebagaimana kanvas lukisan.
Tak ada kota selain Jogja yang memiliki gerakan kolektif penerbitan “buku alternatif” di negeri ini. Tapi, penerbit-penerbit Jogja juga memiliki sisi gelap yang dianggap sebagian orang telah merusak tatanan perbukuan nasional. Kisah-kisah buruk mereka direkam oleh berita-berita di media massa, penulis yang kecewa, penerjemah yang dibayar tidak lumrah, petinggi wacana yang merasa dilangkahi, dan akademisi yang ilmunya dicuri.
Buku ini mengupas sisi terang dan sisi gelap penerbit-penerbit Jogja. Penulisnya berusaha menampilkannya secara proporsional berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai pekerja buku yang mengetahui situasi di ranah penerbitan tersebut.
Saya kira “alternatif itu adalah antitesis dari kemapanan.
Buldanul Khuri
“Alternatif” itu melawan arus utama. Baik dari isi, pemasaran, maupun semangatnya.
Harry “Ong” Wahyu