Keterangan
Seorang bapak ngobrol dengan anak-anaknya, tetapi ia tak pernah memperkenankan mereka untuk berbeda pendapat dengan dia. Seorang pejabat memberikan petunjuk kepada rakyatnya, yang sekali-sekali menjawab pertanyaannya atau memberikan komentar yang mempertegas persetujuan mereka. Seorang majikan kelihatan berbincang dengan pelayannya, tetapi yang diajak berbincang hanya mengucapkan kalimat yang sama: “Dalem, nDoro!” Semuanya secara lahiriah berbentuk dialog. Secara hakiki semuanya hanyalah monolog.
Yang menentukan apakah percakapan itu monolog bukan bentuknya, tetapi karakter dan perilaku komunikatornya. Menurut Martin Buber, dalam monolog kita memandang orang lain sebagai objek untuk dimanipulasikan buat kepentingan diri kita. Tujuan komunikasi ialah menguasai penerima pesan demi kepentingan kita. Kita tertarik dengan ihwal khalayak kita sejauh ihwal tersebut membantu kita untuk mendesain pesan yang “menaklukkan” mereka. “Dalam monolog, kita hanya memperhatikan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, prestise dan otorita kita, ungkapan perasaan kita, pertunjukkan kekuasaan kita, dan upaya kita untuk membentuk orang lain dalam citra kita”. Walhasil, monolog ditandai dengan keinginan untuk menyeret, menguasai, mendominasi, mengeksploitasi, memanipulasi orang yang kita ajak bicara.
CATATAN: Jika Anda sulit untuk masuk di warungarsip.co, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Whatsapp ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)