Keterangan
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-39137-459 (Pesan Cepat)
————-
Dengan sepeda tua yang ringkih, ditempuhnya jalan yang makin hari makin mulus dan ramai di seantero kota. Sebuah jalan yang dilihatnya dengan mata-sepi. Dari mata-sepi itulah ia memandang jalan menulis yang dipilihnya merupakan jalan sunyi. Ada yang kemudian terbunuh di tengah jalan dan ada pula yang menjauh. Tapi, bagi mereka yang sadar memilih jalan jalan kepenulisan, kesunyian bisa jadi semacam jembatan lintasan panjang untuk mereguk limpahan gagasan dan menemukan eksistensi diri.
Buku ini merekam jejak paling awal seseorang yang memutuskan menjadi penulis dan melakukan interaksi yang intim dengan limpahan literasi yang disodorkan sebuah kota. Ia memberitahukan kepada kita sekaligus mewakili potret sebagian besar nasib penulis-penulis muda Indonesia dalam mengarungi samudera gagasan dan menyiasati tantangan hidup yang ganas.
Oleh karena itu, si Aku dalam buku ini menyerukan semacam manifes penuh dendam dari kekalahan nasib: “Ingat-ingatlah kalian hai penulis-penulis belia. Bila kalian memilih jalan sunyi ini, maka yang kalian camkan baik-baik adalah terus membaca, terus menulis, terus bekerja, dan bersiap hidup miskin. Bila empat jalan itu kalian terima dengan lapang dada sebagai jalan hidup, niscaya kalian tak akan berpikir untuk bunuh diri secepatnya.”
————————————–
Isi Buku
Tentang Penulis ~ 5
Mengapa Transkripsi Ini Kususun? (Catatan Pembuka Transkriptor) ~ 7
SATU
Pada Mulanya Bukan Buku ~ 31
DUA
Sebuah Buku dalam Gerakan Islam Garis Keras ~ 61
TIGA
Pada Sebuah Kapal ~ 88
EMPAT
Sebuah Buku adalah Sebuah Tetirah ~ 102
LIMA
Di Majalah Kampus Belajar Menulis ~ 115
ENAM
Di Koran Belajar Mengasah Kesabaran ~ 149
TUJUH
Katakan Cinta dengan Buletin dan Putuskan dengan Sepotong Sajak ~ 184
DELAPAN
Di Penerbitan Belajar Menjadi Editor ~ 217
SEMBILAN
Membaca dalam Kepungan Kesunyian ~ 251
SEPULUH
Kala Penerbit Memanggil Lagi ~ 291
SEBELAS
Pecahnya Kongsi Persekutuan Buku ~ 358
DUABELAS
Sebab Kami Belum Dewasa ~ 380