Keterangan

Tudjuhbelas Kilometer

“Waktu itulah kesempatan satu-satunja bagiku untuk bisa bitjara dengan dia.

Djalan kami pelan-pelan menjusuri pinggir-pinggir djalan-batu jang tak bisa dilalui, dan kami pelan-pelan menjusuri pula angan-angan kami seorang.

Mataku bisa pisah dari djalan jang mesti kutempuh. Sebentar sekali sadja bisa kulihat tondjolan-tondjolan batu di djalan itu dan pula lekukan-lekukannja jang berisi air.

Dalam kepalaku tergambar tubuh Diran. Matanja jang djalang berapi-api dan dengan meneleng-neleng baru bisa dia melihat. Mata itu selalu merah dan batas penglihatannja hanja beberapa meter sadja dimukanja. Kepalanja jang ketjil dan rambutnja jang tak bisa pandjang dan tak pernah dipotong. Tubuhnja jang ketjil dan lemah dan djalan selalu gontai, tjelananja jang pendek-hitam, badjunja jang hitam djuga, dan topi-hitamnja jang sekotor tanah dan dipakai menjembunjikan uang…”
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-39137-459 (Pesan Cepat)