Keterangan
“Inilah kumpulan kisah yang menyiratkan soal anak muda. Cinta, teman dan sekolah. Kita seperti diajak untuk menjadi saksi betapa anak-anak muda itu tumbuh, hidup dan mekar dengan segala imajinasi dan kegilaanya. Kumpulan ini membuat kita sebagai pembaca merenungkan kembali arti persahabatan, hidup dan pergulatanya. Sebuah cerpen yang indah, melankolis dan berwarna.Cerpen yang membawa kita kembali ke masa lalu dan mengenang hari-hari depan – Eko Prasetyo, Penulis Buku Guru: Mendidik itu Melawan!; Mengelola Rumah Pengetahuan Amartya Jogjakarta
“Luar biasa! Kediri bangga punya penulis-penulis muda seperti mereka. Buku ini layak dibaca oleh semua kalangan khususnya orang-orang Kediri di mana pun berada. Buku yang ditulis oleh anak-anak ndeso meskipun tidak ndesani ini membuktikan bahwa berkarya dan berkreasi bukan monopoli orang kota. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.” — Drs. H. Masykuri, MM, Wakil Bupati Kediri
“Cerita yang sederhana tetapi memiliki nilai universal. Cinta, persahabatan, agama, kejujuran, kesombongan, dan kesetiaan. Ketika aku membacanya seolah-olah aku merasa terlahir kembali dari rahim ibuku. Ingat kampung halaman, kawan-kawan seperjuangan, kesederhanaan, kemiskinan, persaudaraan, agama, dan tradisi ketimuran. Cerpen ini juga memotivasiku untuk menulis kembali.” — Robin Dos Santos Soares, Belajar Screen and Media di Universitas RMIT Melbourne
“Romantika bukan hanya monopoli anak-anak muda kota atau sinema layar kaca. Tapi, dia bisa menjadi milik semua yang pernah, sedang, atau segera muda. Pun demikian dengan yang tinggal di desa. Romantika milik mereka bukanlah kisah tentang dunia gemerlap yang membosankan. Tapi, kisah tentang kesederhanaan, keluguan, kepolosan. Jika Anda ingin merasakan bagaimana ’angon wedus’ bisa menjadi sebuah romantika, tak salah membaca kumpulan cerpen bocah-bocah Jambu ini…” — Tauhid Wijaya, Pemimpin Redaksi Radar Kediri