Keterangan
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-39137-459 (Pesan Cepat)
Timor Timur merdeka dari Indonesia setelah mereka menentukan nasib sendiri dengan referendum 30 Agustus 1999. Kemerdekaan yang berdarah-darah. Puncaknya meledak seusai pengumuman jajak pendapat pada 4 September tahun itu. Begitu rakyat Timor Timur menyatakan keinginannya melepaskan diri dari belenggu Indonesia selama 24 tahun, kerusuhan massa pecah di mana-mana. Kelompok paramiliter muncul di mana-mana, bikin onar, dan membantai orang-orang yang memperjuangkan kemerdekaan.
Sejak itu, Timor Timur kembali ke titik nol. Tiga tahun kemudian, 20 Mei 2002, ia merdeka. Dengan luka yang menganga tentu saja. Luka itu jelas menunjukkan bagaimana kejamnya perlakuan yang ia terima selama menjadi provinsi termuda di Indonesia. Ia sempat berada di “titik minus” peradaban. Bahkan sempat “hilang” dari jejak kemanusiaan, terusir dari tanahnya sendiri.
Buku ini berusaha memotret kejahatan kemanusiaan yang pernah melenyapkan tanah Lorosa’e tersebut. Memaparkan secara empirik berdasarkan laporan kekacauan dan insiden-insiden kekerasan 1999, penulis secara tajam mengupas keterlibatan negara dalam upaya pengerdilan sebuah bangsa. Analitif dan reflektif. Menyakitkan bagi mereka yang terlibat, tetapi menyembuhkan peradaban.