Keterangan
Ia tercengang mendengar jawabanku. Mungkin, semua wanita memang cenderung sepertinya. Lebih tersinggung daripada kecewa, tatkala mendapati diri, atau kaumnya, “dikhianati” pria.
“Dan setiap haru kau selalu datang ke sini?”
Aku menggeleng. “Tidak selalu setiap hari. Hanya sesekali. Hanya jika aku ingin melupakan istri dan kedua anakku.” Dan kunyalakan rokok. Nyala korek api merobek malam. Lewat sudut mata kutangkap raut wajahnya yang setengah mendongak. Hidungnya bagus. Meskipun menurutku hidung itu terlalu mancung untuk hinggap di atas bibirnya yang mungil.
“Mengapa sih, kok sesekali ingin melupakan istri dan kedua anakmu?” desaknya, terdengar jauh, dan sedikit parau.
“Tidak tahu. Tapi, pertanyaannya barangkali bukan mengapa sesekali aku ingin melupakan istri dan kedua anakku…”
“Lalu?”
~
CATATAN: Jika Anda sulit untuk masuk di warungarsip.co, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Whatsapp ~ 0878-3913-7459 (Pesan Cepat)