Keterangan
CATATAN: Jika sulit untuk login, silakan hubungi jalur cepat Gudang Warung Arsip via SMS/Wasap ~ 0878-39137-459 (Pesan Cepat)
——————
Bagi Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah melawan, dan buku adalah visi, sekaligus sikap. Itulah sebab Pram tidak menjadi massa atau gabus yang dipermainkan ombak di tengah samudera sejarah dan setelah itu takluk terhempas menjadi sampah di pantai.
Buku adalah obor sekaligus kemudi sejarah. Melalui karya-karyanya, Pram membangun persepsi baru tentang Indonesia, Nusantara, peradaban-peradabannya, serta sejarah orang-orang yang bergolak di dalamnya yang bertarung dalam pusaran sejarah. Terutama sejarah anonim dari orang-orang yang dilindas sejarah. Hasilnya, sejarah versi Pram adalah sejarah yang selalu bertabrakan muka dengan sejarah resmi yang dikreasi negara.
Buku ini adalah rekaman baik dari Muhidin M. Dahlan tentang sosok, pemikiran, dan karya-karya Pram. Ia membaca karya-karya Pram. Ia menulis banyak hal tentang pram. Ia mendiskusikan Pram. Ia menjadi bagian internal usaha penerbitan yang dikelola putra-putri Pram. Ia membuat tabloid khusus edisi Pram. Ia menganggap Pram sebagai master. Baginya, Pram adalah temuan pertama dan utama dalam sastra Indonesia.
——————
ISI BUKU
PROLOG
Pram, Buku yang Tak Pernah Selesai Dibaca ~ 2
BAGIAN I: SIAPAKAH PRAM? ~ 13
Mas Pram, Siapa Sebenarnya Kamu? ~ 14
Agama Pramoedya Ananta Toer: Ateis, Teis, atau Pramis ~ 24
BAGIAN II: PRAM BEKERJA
Empat Jalan Pram dalam Menulis ~ 14
Pengembaraan Anak-anak Ruhani Pram ~ 39
Pram, Srikandi, Seks ~ 42
Di Perpustakaan Gajah Dituduh “Nyolong” ~ 56
Menulis, Olahraga, dan Senyum ~ 60
Si Pendekar Gunting dari Bojong ~ 68
Ensiklopedia Kawasan Indonesia ~ 73
BAGIAN III: PEMIKIRAN PRAM
Pram, Angkatan Muda, dan Revolusi ~ 80
Angkatan Muda dan Pembajakan Revolusi ~ 86
Angkatan Muda dan Proposal Indonesia Muda ~ 92
Pram, Sarjana Benalu, dan Republik Kaoem Ambtenaar ~ 94
Nasionalisme Kerbau dan Laut yang Teralpa ~ 102
BAGIAN IV: PRAM DAN POLITIK
Pram dan Hadiah Yamin ~ 114
Yang Terancam karena Anak-anak Ruhani Pram ~ 119
Gemuruh Kontroversi Hadiah Maghsaysay ~ 124
BAGIAN V: PRAM DAN PARA SAHABAT
Pecahnya Kongsi Timah Guru-Murid ~ 134
Msin-Mesin Pram ~ 141
BAGIAN VI: MEMBACA KARYA-KARYA PRAM
9 Karya Terbaik Pram ~ 148
Mata Pusaran: Yang Cacat, Yang Kembali ~ 154
Aku dan Blora ~ 160
Aku dan Mangir ~ 166
Dialah Sang Pemula ~ 181
Dongeng tentang Tukang Teluh ~ 189
Gejolak Hati di Tengah Revolusi ~ 192
Genosida di Tanah Hindia ~ 194
Larasati yang Berani ~ 197
Manifes Kepengarangan Kartini ~ 199
Realisme Sosialis Menurut Pramoedya ~ 202
Yang Cantik yang Tak Mudah (Di)Takluk(kan) ~ 105
Menggelinding: Pram yang Berkobar-kobar ~ 209
Perihal Tetralogi Pulau Buru ~ 216
Potret Kudeta Pertama ~ 224
Praktik Feodalisme Jawa ~ 229
Pram Meneguhkan Rasa Percaya Diri ~ 232
Upaya Demokratisasi Bahasa ~ 235
Angkatan Muda Sang Protagonis ~ 239
1000 Hari Peram ~ 244
BAGIAN VII: MEREKA MENAFSIR PRAM
Jejak Indonesia dalam Empat Tonggak ~ 250
Ketika si Ong Tertusuk Keris Arok
Ong Menafsir Api Bumi Manusia ~ 263
BAGIAN VIII: KESAKSIAN DARI (ORANG) DEKAT
Maemunah Thamrin: “Pram Nggak Ngurus Dapur” ~ 270
Astuti Ananta Toer: “Mainan yang Diberi Pram Hanya Buku” ~ 280
Judistira Ananta Toer: “Kami Dilarang Meminta-minta” ~ 286
Mujib Hermani: “Pram: Ya Sudah, Saya tidak Mau Jadi Presiden!” ~ 292
AKHIR PASAR MALAM SETELAH 66 JAM ~ 299
EPILOG
Keberangkatan Setelah Pasar Malam Usai ~ 312
Sumber Tulisan ~ 319